AL-QUR’AN
Definisi Al Qur’an
Al qur’an dalam bahasa berasal dari kata Qoro’a yang mempunyai arti menghimpun atau mengumpulkan ( Qoro’as syai’a)dan Qiro’ah berarti menghimpun huruf –huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapih.1
Menurut Prof. DR. Quraisy Syihab definisi Al Qur’an secara harfiah berarti “ bacaan yang sempurna ”2
Qur’an pada mulanya seperti qiro’ah yaitu masdar ( infinitive ) dari kata Qoro’a, Yaqro’u, Qiro’atan, wa Qur’aanan.
Allah SWT berfirman :
“ Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Maka apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. ” ( Q.S Al Qiyamah : 17-18 )
Lafadz Qoro’nahu didalam ayat ini berarti Qiroo’atahu atau Bacaannya. Kata Qur’an sendiri adalah menurut wazan (tashrif, konjugasi) “fu’lan”, seperti Gufron atau Syukron.Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan kitab ini dengan nama Al Qur’an diantara kitab-kitab Allah SWT yang lain karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab sebelumnya bahkan mencakup inti semua ilmu.
Allah SWT berfirman :
” (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
(Q.S. An Nahl : 89)
Adapun secara terminologi atau secara istilah, para ulama menyebutkan bahwa Al Qur’an adalah : Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang pembacaannya merupakan ibadah. Safi’ Hasan Abu Thalib, menyebutkan :
االقران هو الكتاب منزل بالفاظه العربية ومعانيه من عند الله تعالى عن طريق الوحي الى النبي محمد عليه الصلاة والسلام و هو اسا والسلام الشريعة واصلها الاول
Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab dan maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, Ia merupakan dasar dan sumber utama bagi syariat.3
Dalam hubungan ini Allah sendiri menegaskan dalam firman-Nya :
انا انزلنه قرانا عربيا لعلكم تعقلون
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (QS. Yusuf : 2)
Sedangkan menurut Zakaria al-Birri, yang dimaksud al-Qur’an adalah :
االكتاب و يسمى القران هو كلام الله تعالى المنزل على رسوله محمد صلى الله عليه و سلم باللفظ العربية و المنقول بالتواتر و المكتوب فى المصاحف
. Al-Kitab yang disebut al-Qur’an dalah kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad SAW dengan lafal Bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan tertulis pada lembaran-lembaran mushaf 4
Sementara Al-Ghazali dalam kitabnya al-Mustasfa menjelaskan bahwa yang dimaksud al-Quran adalah:
القران و هو قول الله تعالى
Al-Qur’an yaitu merupakan firman Allah SWT.5
Dari ketiga definisi di atas, pada dasarnya mengacu pada maksud yang sama. Definisi pertama dan kedua sama-sama menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun bedanya definisi kedua lebih menegaskan bahwa al-Qur’an dinukil secara mutawatir. Adapun definisi ketiga, yang dikemukakan oleh Al-Ghazali ternyata hanya menyebutkan bahwa al-Qur’an merupakan firman Allah SWT, akan tetapi , Al-Ghazali dalam uraian selanjutnya menyebutkan bahwa al-Qur’an bukanlah perkataan Rasulullah, beliau hanya berfungsi sebagai orang yang menyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT.6
بل هو مخبر عن الله تعالى انه حكم بكذا و كذا
Nabi hanya berfungsi pembawa atau penyampai apa-apa yang diterima dari Allah, bahwa Allah menetapkan hukum-hukum.
Untuk lebih memperjelas definisi al-Qur’an ini penulis juga menukilkan pula pendapat Dawud al-Attar. Di mana beliau menyebutkan bahwa, Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir.7
Definisi di atas mengandung beberapa kekhususan sebagai berikut :
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi.
Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Al-Quran datang dari Allah sendiri.
Al-Qur’an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur’an tidak mencakup wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum yang kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi sendiri.
Al-Qur’an dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
Sebetulnya masih terdapat sejumlah definisi lain yang dirumuskan oleh para Ulama, tetapi kelihatannya mengandung maksud yang sama meskipun secara redaksional berbeda.Dalam kaitannya dengan sumber dalil, al-Qur’an oleh ulama ushul sering disebut dengan al-Kitab. Umumnya di dalam kitab-kitab ushul, para ulama ushul dalam sistematika dalil yang mereka susun menyebut al-Quran dengan al-Kitab.8
Hal ini tentu saja bisa dipahami, sebab di dalam al-Qur’an sendiri sering disebut al-Kitab yang dimaksud adalah al-Qur’an. Seperti firman Allah :
ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah : 1 ).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW dengan menggunakan bahasa Arab, yang penukilannya disampaikan secara mutawatir, dari generasi ke generasi, hingga sampai sekarang ini, Penukilan al-Qur’an dilakukan oleh para sahabat dengan menghafalnya dan menyampaikan ke generasi setelah mereka melalui sanad yang mutawatir. Dengan demikian otentisitas dan keabsahan al-Qur’an dan terpelihara sepanjang masa serta tidak akan pernah berubah. Hal ini dibenarkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :
انا نحن نزلنا الذكرى و انا له لحافظون
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9)
Sedangkan menurut Abu Zakarya Al Ansori dalam kitabnya disebutkan bahwa Al Qur’an adalah : Lafadz-lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat Mu’jiz (melemahkan orang-orang yang ingkar) denagn surat-surat yang ada didalamnya yang membacanya merupakan suatu ibadah.9
Al Qur’an memang sukar diberi batasan dengan definisi logika yang mengelompokkan segala jenis, bagian atau ketentuan-ketentuan yang khusus. Untuk itu biasa kita katakan : Al Qur’an adalah yang ada diantara dua jilid buku atau dikatakan juga adalah Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillahirobbil’alamin…….. sampai dengan minal jinnati wan naas.
Nama-nama Al Qur’an dan Dalilnya
Beberapa nama Al Qur’an yang telah Allah SWT berikan kepada Kitab Al Qur’an untuk menunjukkan bahwa kedudukan Al Qur’an itu benar-benar agung. Maka Allah SWT memberikan nama kepada Al Qur’an tidak hanya satu. Namun sampai 55 nama.Adapun nama-nama tersebut adalah :
Al Qur’an ( Al-Waqiah,77 )
Al Kitab ( Ad-Dukhon,2 )
Al Mubin ( Ad-Dukhon,2 )
Al Furqon ( Al-Furqon,1 )
Al Kalam,(At-Taubah 6)
Al Huda (Luqman,3 )
As Syifa’ (Al-Isra’,82 )
Al Amru (At-Tholaq,5 )
Al Maui’dzoh ( Yunus,57 )
Al Karim ( Al-Waqiah,77 )
Az Zikr ( Al-Hijr,9 )
An Nur ( An-Nisa,174 )
Al Mubarok (Al-Anbiya,50 )
Al ‘Aly ( Az-Zukhruf,4 )
Al Hikmah ( Al-Qomar,5 )
As Sirotol Mustaqim ( Ali ‘lmron,51 )
Ar Rohmah (Luqman,3 )
Al Haq ( Ali ‘Imron,62 )
Az Zabur ( Al-Anbiya,105 )
Al Qoyim ( Al-Kahfi 2 )
Al Hakim ( Yunus, 1 )
As Sidq ( Az-Zumar,32 )
Al Matsani ( Az-Zumar,23 )
An Naba’ ( An-Naba,2 )
Al ‘Adzim ( An-Naba,2 )
Al ‘Ilmu, ( Al-baqoroh,145 )
Al Bashoir ( Al-Jatsiyah,20 )
Al Habl ( Ali ‘Imron,103 )
Al Mutasyabih (Az-Zumar,23 )
Al Majid ( Al-Buruj,21 )
Al ‘Adl ( Al-An’am,115 )
Ahsanul Hadits ( Az-Zumar,23 )
Al Bayan ( Ali ‘Imron.138 )
Arobiy ( Yusuf,2 )
Al ‘Ajab ( Al-Jin,1 )
At Tibyan ( An-Nahl,89 )
At Tadzkiroh ( Al-Haaqoh,48 )
At Tanzil ( As-Syu’aro,192 )
Al Munadi (Ali ‘Imron,193 )
Al Wahyu ( Al-Anbiya,,45 )
Al Balagh ( Ibrahim,52 )
Al Qoul ( At-Tholaq,13 )
Al Hadi ( Al-Isra’ 9 )
‘Urwatul Wutsqo ( Al-Baqarah,256 )
Al Basyir ( Al-Baqarah,119 )
Al Busyro ( An-Naml,2 )
Al ‘Aziz ( Fus-Shilat/ Haa min Sajdah, 41 )
Al Qoshosh ( Yusuf,3 )
An Nadzir ( Al-Baqarah,119 )
Ar Ruuh ( As-Syura,51 )
As Suhuf ( ‘Abasa,13 )
Al Mukarromah ( ‘Abasa,13 )
Al. Fasl ( At-Tholaq,13 )
Al Marfu’ah ( ‘Abasa,14 )
Al Mutohharoh ( ‘Abasa.14 ) 10
Kandungan Al Qur’an
Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :
1.Aqidah/AkidahAqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan, yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2.IbadahIbadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci Ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3.Akhlaq/AkhlakAkhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4.Hukum-HukumHukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman, hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5.Peringatan/TadzkirTadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa'id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam Al-Quran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambaran yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6.Sejarah-Sejarah/Kisah-KisahSejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7.Dorongan untuk BerfikirDi dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran manusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.11
Fungsi dan Kedudukan Al-Qur’an
a. Fungsi Al-Qur’an
1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu
4. Sebagai Obat
Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).
5. Petunjuk pada jalan yang lurus
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,"(Al-Isra’(17):9)
b. Kedudukan Al Qur’an
1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar)
”Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?.Tentang berita yang besar”
QS. An Naba’ (7 : 1-2)
2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50
3. Kitabul Jihad
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut (29) : 69
4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
”Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” QS. Ali Imran (3) : 79
5. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5
6. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup),
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah yaitu generasi sahabat yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya ke atas dunia ini sebagaimana mereka.Meskipun tidak disangkal adanya beberapa individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
’’Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak’’. (HR. Bukhari).
Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.
KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah di atas kami dapat memberi kesimpulan yang berkaitan tentang Al-Qur’an. definisi-definisi Al-Qur’an sangat banyak sekali yang sangat beragam di kalangan para ulama,pada dasarnya semua itu mengacu pada maksud dan makna yang sama. Definisi pertama menyebutkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun bedanya definisi kedua lebih menegaskan bahwa al-Qur’an dinukil secara mutawatir. Adapun definisi ketiga, seperti yang dikemukakan oleh Al-Ghazali ternyata hanya menyebutkan bahwa al-Qur’an merupakan firman Allah SWT, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi SAW dengan menggunakan bahasa Arab, yang penukilannya disampaikan secara mutawatir, dari generasi ke generasi, hingga sampai sekarang ini, Penukilan al-Qur’an dilakukan oleh para sahabat dengan menghafalnya dan menyampaikan ke generasi setelah mereka melalui sanad yang mutawatir. Dengan demikian otentisitas dan keabsahan al-Qur’an dan terpelihara sepanjang masa serta tidak akan pernah berubah.
Kedudukan Al Qur’an itu benar-benar agung. Maka Allah SWT memberikan nama kepada Al Qur’an tidak hanya satu. Namun sampai 55 nama. isi kandungan Al-Qur’an sangat banyak sekali untuk dijadikan sebagai pedoman hidup manusia di muka bumi ini,di antara kandungan Al-Quran sebagai berikut:
1. Sebagai Akidah
2. Ibadah
3. Akhlak
4. Hukum-Hukum
5. Peringatan/Tadzkir
6. Sejarah-sejarah
7. Sebagai dorongan untuk berfikir
Fungsi dan kedudukan Al-Qur’an sebagai pengganti kitab-kitab sebelumnya, petunjuk jalan yang lurus,
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,"(Al-Isra’(17):9)
Demikian makalah yang dapat kami buat yang diambil dari berbagai macam sumber, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca makalah ini, kami sangan mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Munawwir, Kamus Al Munawwir, ( Yogyakarta: bab Qof
Quraisy Syihab, Wawasan al-Quran hal.6
Safi Hasan Abu Talib, Tatbiq al-Syari’ah al-Islamiyah fi al-Bilad al-Arabiyah,( Kairo: Dar al-Nahdah al-Arabiyah), Cet. III, 1990, hal. 54.
Zakaria al-Birri, Masadir al-Ahkam al-Islamiyah, (Kairo: Dar al-Ittihad al-Arabi Littiba’ah), 1975, hal. 16.
Al-Ghazali, Al-Mustasfa Min ‘Ilmi al-Ushul,( Mesir: Maktabah al-Jumdiyah), 1971, hal. 118.
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum,( Jakarta : PT. Bulan Bintang), Cet. I, hal. 53.
Zakaria al-Birri, op.cit, hal. 16.
Abdullah Umar,Mustholahut Tajwid Fil Qur’anil Majid, ( hal.6
www.organisasi.org.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar