Senin, 31 Agustus 2009



Cinta Pada Allah

Dimana ada cinta disitu ada kehidupan. Cinta memberi sepercik cahaya di tengah kekelaman. Memberi keteguhan dan ketenangan bagi jiwa yang gelisah, juga memberi arti dalam setiap langkah. Cinta memberi keyakinan bahwa kita ada untuk tidak sia-sia.

Hidup tanpa cinta ibarat makan tanpa garam, hambar. Ibarat bumi kehilangan matahari. Cinta bukan mengajar kita untuk lemah tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta tidak mengajarkan kita menghinakan diri tetapi menghembuskan nafas kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat. (HAMKA).

Cinta, cinta, cinta… Halaman ini tak kan cukup menampung jika saya terus mengutipkan ungkapan-ungkapan bernada cinta ketika saya coba mencari kata “cinta” di Google. Itu hanyalah sepersekian halaman dari 85 halaman yang ada. Woow, alangkah banyaknya untaian kata cinta yang dirangkai oleh para penulis. Menggambarkan betapa pentingnya arti cinta dalam kehidupan kita. Cinta kepada Sang Pencipta, orangtua, suami, istri, anak, sahabat, kerabat, saudara, sesama dan makhluk lain ciptaanNya.

Cinta bagaikan sumber air yang tidak akan habis untuk ditimba rahasianya oleh siapa saja kapanpun juga. Sutradara, pencipta lagu dan penulis tak akan kehabisan ide dan kata untuk membedah isinya. Dunia cinta telah menjadi ladang subur yang menjanjikan banyak keuntungan. Cerita, film dan lagu cinta bak magnet menyedot perhatian pembaca dan pemirsa.

Ada apa dengan cinta? Begitu kuatnya cinta menguasai jiwa manusia. Masuk meresap ke dalam semua sendi-sendi kehidupan kita. Cinta banyak membuat orang berbahagia atau menderita karenanya. Banyak orang yang merasa tidak berguna ketika cintanya bertepuk sebelah tangan. Bahkan ada yang sengaja mengakhiri hidupnya ketika putus cinta (naudzubillahi mindzalik).

Lalu, apa konsekuensi bagi orang yang mencinta? Tentu saja rela berkorban apa saja untuk orang yang dicintai dengan segenap jiwa dan raga. Turut merasakan bahagia ketika orang yang dicintainya bahagia. Ikut merasa sakit dan sedih ketika pujaan hatinya sakit dan menderita. Merasa gelisah yang luar biasa ketika kekasih tak di sampingnya.

Ketika SMA sahabat dekat saya sering curhat betapa dia sangat mencintai kekasihnya. Dalam setiap nafas dan detak jantungnya ada si dia. Makan tidak enak tidur tidak nyenyak. Yang terbayang hanyalah wajahnya. Tak ketemu seminggu rasa sewindu dan seabrek lagi kata-kata puitis mengalir deras setiap kali kami ketemu. Saya sangat percaya dengannya, dengan yang dia rasa saat itu. Sungguh cinta telah menguasai dirinya. Dalam darah telah ikut mengalir cinta yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

Alangkah indahnya kalau cinta yang begitu besar juga kita persembahkan untuk Sang Pencipta. Yang menciptakan kita, orang yang kita cintai dan rasa cinta itu sendiri. Bukankah sudah sepantasnya Dia mendapatkan porsi cinta yang lebih banyak dari yang lainnya. Memberikan segenap jiwa dan raga untukNya. Menyebut dan mengingatNya dalam setiap waktu yang diberikan kepada kita. Melakukan apa saja yang disukai dan diperintahkan juga meninggalkan yang tidak disukai dan dilarangNya.

Dalam setiap sujud dan doa kita meminta dengan sepenuh harap akan diperkenankannya semua asa. Tapi ketika doa tak juga dikabulkanNya, tak jarang diantara kita merasa Dia tak lagi sayang kepada kita, Allah tidak adil, Allah sedang marah dan banyak lagi kalimat lain bernada tak suka akan keputusanNya yang terasa tidak berpihak kepada kita. Lupa atau sengaja melupakan bahwa Allah sebaik-baik pembuat skenario, yang paling tahu akan apa yang terbaik bagi makhluk ciptaanNya. Lupa bahwa semua yang terjadi ada hikmah yang dipersiapkan untuk kebaikan kita (astagfirullaahal adzim, ampuni kami ya Allah).

Introspeksi diri akan lebih bijaksana daripada memprotes kehendakNya. Seberapa besar rasa cinta dan rindu padaNya bersemayam dalam dada kita? Sudahkah kita mempersembahkan sebanyak-banyak perhatian dan cinta kepadaNya? Memberikan apa yang disukai dan meninggalkan apa yang dibenci? Juga mengingat dan menyebut asmaNya dalam setiap aktifitas kita baik siang maupun malam?

Hanya diri kita sendiri dan Sang Pemberi Cinta yang tahu seberapa besar dan dalam rasa cinta dan kerinduan kita padaNya. Marilah memperbaiki kualitas cinta kita kepadaNya. Wallahu’alam.

www.kotasantri.com

Tidak ada komentar: